Selamat Datang di MI Al-Hidayah

TETAPKAH KITA MERASA LEBIH BAIK DARI MEREKA MONGGO MAWAS DIRI

معصيّة أورثت ذلاّ وافتقارا خير من طاعة أورثت عزّا واستكبارا
“Maksiat yang menimbulkan rasa rendah diri dan pengharapan atas rahmat dan ampunan Allah adalah lebih baik daripada ketaatan yang menimbulkan rasa mulia dan bangga diri.”
Hikmah singkat dari imam Ibnu 'Athoillah ini tidak bisa dipahami secara sepenggal saja, yakni, “Maksiat itu lebih baik dari taat”. Akan tetapi sifat atau dampak dari keduanya itulah yang menjadi titik poin. Sifat atau atau dampak dari maksiat yang bisa menjadikan seseorang merasa hina dan butuh kepada rahmat dan ampunan Allah sehingga dengan itu senantiasa mendekatkan diri dengan melakukan ketaatan lahir bathin. Sedangkan dampak dari taat yang di maksud adalah seseorang yang merasa mulia diri dan sombong setelah melakukan amal taat tersebut padahal tidak ada jaminan diterima oleh Allah.
Yang namanya kejelekan dan kemaksiatan, tidak bisa dibandingkan dengan kebaikan dan taat. Misalnya mana lebih baik mencuri dengan melakukan shalat?. Tapi yang dimaksud disini adalah taat yang berdampak jelek seperti iblis yang merasa sombong dengan amalnya, itu lebih baik perbuatan dosa seperti sayyidina Umar ibn al khottob berbuat kejahatan tapi akhirnya menjadikan beliau menjadi orang baik sampai dijanjikan surga oleh Rosulullah saw. Wallahu A'lam
Imam as Shiddiqin, Abu Madyan- Qoddasallahu sirrrahu, mengatakan;
إنكسارالعاصى خير من صولة المطيع
“pecahnya hati orang yang berbuat maksiat adalah lebih baik dari pada wushulnya orang yang taat.”
Seseorang yang pada awalnya melakukan perbuatan maksiat, kemudian hatinya digambarkan hancur berkeping-keping karena susah, menyesal dan juga merasa hina di hadapan Allah, serta merasa butuh terhadap belas kasih dan ampunan Nya, itu lebih baik daripada wushulnya seorang yang ahli taat kepada Allah, tetapi wushulnya itu menjadikan ia merasa mulia diri (‘izz) dan tinggi hati (istikbar).
Jika kemudian ada pertanyaan, lalu apakah untuk beribadah dengan khusu’ dan hati yang senantiasa bersedih, harus terlebih dahulu melakukan suatu kesalahan (dosa)?. Jawabannya tentu TIDAK, sebab dalam pertanyaan itu ada suatu perencanaan untuk melakukan sesuatu, yang sama halnya dengan, telah merasa bisa untuk mengatur dan menenntukan nasib sendiri. Dan hal itu tentu tidak bisa dibenarkan. Sebab yang dimaksud disini adalah dampak setelah melakukan sesuatu (kesalahan).
Kesimpulan: ungkapan hikmah diatas bukan mau membandingkan esensi maksiat dan taat, tapi membandingkan dampak dari keduanya. Taat itu jangan hanya lahirnya saja, tapi juga bathinnya melakukan taat dengan keseimbangan antara khouf ( merasa khawatir tidak diterima dan menjadikan siksa Allah) dan roja' (berharap pada rohmat Allah, dengan diterimanya amal kita dan mengampuni pada ibadah kita yang kualitasnya jelek). Wallahu A'lam...!
MOHON KOREKSINYA KALAU ULASAN SEPONTAN INI TIDAK BENAR


                                                                                            Oleh. K. Bahrul Widad
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Link here | Link here | Link here
Copyright © 2014. MI Al-Hidayah - All Rights Reserved
Template by Cara Gampang Published by Cargam Template
Proudly powered by Blogger